Hello,
Guys. Kalian pernah jalan-jalan? Pastinya pernah dong. Agar kita tidak penat di
rumah, di kantor, atau di mana pun, pasti kita butuh yang namanya ‘refreshing’,
biar pikiran dan otak kita kembali segar dan top cer. Well, Guys, tapi kali ini
aku ingin cerita tentang sebuah liku yang aku sebut dengan ‘Liku Setan’.
Mengapa aku sebut demikian, karena jalanan yang kami lalui ketika itu berpenghuni
makhluk yang seram.
Cerita
ini bermula saat kami bertujuh memutuskan untuk mengunjungi salah satu pantai
yang ada di kota Balikpapan. Pilihan kami saat itu adalah Pantai Kemala.
Pantai—yang katanya—menyerupai Tanjung Benoa yang ada di Bali ini kami pilih
karena banyak dari kami penasaran dengan tampilan laut dan pasir putihnya—ya,
mirip Tanjung Benoa gitu deh. Bagi kawan-kawan yang berdomisili atau yang saat
ini sedang berada di daerah Balikpapan, Kukar, atau Samarinda, Pantai Kemala
bisa menjadi salah satu tujuan tamasya yang mengasyikkan. Apa, serem? Haha.
Yang seram bukan pantainya, tapi jalanan yang kami lalui saat itu.
Oke,
kita kembali ke topik utama. Saat kami telah memutuskan dan akan berangkat dari
kota Samarinda menuju Pantai Kemala, kami menyewa mobil dengan harga ekonomis
dan bisa lepas kontak, karena salah satu teman kami bisa mengendarai mobil. Mungkin
kendala ekonomisnya itu ya Guys, makanya mobil yang kami terima tidak
memuaskan, remnya agak tidak stabil, kaca depan terlihat silau, dan lampu sen
depan sebelah kiri mati. Hal ini menjadi kendala besar apalagi kami saat itu
memutuskan untuk pulang menjelang senja. Salah satu dari kami minta mencari
tempat penginapan saja karena kondisi mobil yang tidak memungkinkan untuk
pulang dengan selamat—melihat banyak cacat di badan mobil. Kami setuju dengan
pendapat tersebut. Kami mengelilingi kota Balikpapan dan menanyakan semua mes
yang ada di sana, apakah ada yang kosong. Ternyata tidak ada satu pun kamar
yang kosong. Waw, kebetulan banget kan. Tidak ada pilihan lain, selain kembali
melanjutkan perjalanan ke kota Samarinda.
“Awas,
ada kucing!” salah satu teman kami berteriak. Untung kucing kecil yang saat itu
duduk tepat di depan ban mobil sebelah kiri tidak tertabrak, dan suatu
keajaiban, lampu sen kiri yang sebelumnya mati saat itu menyala dengan sangat
terang—seiring dengan kucing kecil yang berlari pergi, lebih terang dari lampu
sen sebelah kanan. Saat itu kami merasa bahwa Tuhan akan membuat kami sampai di
rumah dengan lancar. Namun ternyata semua itu seperti sebuah cobaan yang datang
dari sebuah makhluk kasatmata.
Mobil
kami terus melaju dengan perlahan. Saat kami melalui Bukit Suharto, salah satu
teman cewek kami yang duduk di depan, penyakit asmanya kambuh kemudian pingsan.
Tak berapa lama mobil berhenti dan teman kami itu dipindah duduk di tengah,
salah satu teman cewek kami yang duduk di belakang menangis terseduh, dan yang
duduk di sampingnya berkata bahwa dia merasa bulu kuduknya berdiri. Hal itu
terjadi dua kali. Well, sebelum hal itu terjadi, sebelumnya kami melewati jalan
yang di sampingnya ada kuburan dan melewati sebuah mobil ambulance tanpa suara.
Banyak yang bilang daerah di kuburan itu memang angker, apalagi kami pulang
sudah larut malam.
Salah
seorang teman kami berteriak melihat sosok wanita berjubah putih dengan wajah
yang mengerikan. Selang beberapa detik, teman kami yang terserang asma tadi
tiba-tiba menjerit. Ya, dia kesurupan dan meminta kembali ke tempat tadi. Di
mana? Kami berpikir di daerah sekeliling kuburan yang kami lalui itu. Banyak
kabar beredar pula bahwa orang yang hilang di daerah kuburan sebelum Bukit
Suharto tidak akan pernah ditemukan sampai kapan pun. Teman kami yang kesurupan
terus berteriak histeris dan meminta kembali ke tempat itu, namun tak kami
hiraukan. Kami putuskan meminta bantuan pada penduduk sekitar. Alhamdulillah
kami bisa menginap di sana seiring sosok yang masuk ke dalam tubuh teman kami
keluar. Namun, sosok itu masih mengintip berkeliling di sekitar rumah. Itu kata
teman kami yang tadi menangis. Ya, dia bisa melihat sosok megerikan itu.
Esok
akhirnya datang dan syukurlah kami pulang dengan selamat, walau tepat di depan
rumah pemilik mobil, mobil langsung mogok dan tak mau di-start-er. Itu adalah
perjalanan paling menegangkan yang pernah kami lalui, Guys. Namun, di daerah
Bukit Suharto Balikpapan-Samarinda itu sudah terkenal angker. Bagi kawan-kawan
yang melewatinya, atau melewati daerah mana pun yang terasa ganjil sebaiknya
hati-hati, jangan buang sampah sembarangan, jangan membuat gaduh, dan hindari
hal-hal yang membuat para makhluk kasatmata tersebut terganggu.
Well,
teman-teman yang berada di wilayah Balikpapan-Samarinda, maupun tidak, aku mau
bilang kenapa makhluk tersebut mengganggu kami saat itu. Tak dipungkiri, tempat
yang kami lewati terdapat sebuah kerajaan gaib yang sangat besar tempat
bersemayam makhluk—yang konon—korban romusha di masa penjajahan. Dan makhluk
tersebut hanya jahil, tidak ingin mencelakakan kami, buktinya mobil mogok saat
sampai di rumah, bukan di tengah jalan yang dikelilingi hutan, aku bahkan tak
mampu membayangkan jika itu terjadi. Satu lagi, jika membeli atau menyewa apa
pun, agar lebih teliti sebelum melakukan deal. Harga ekonomis sih boleh-boleh
saja, tapi bagaimana jadinya kalau kita malah dapat barang yang tidak sesuai
hati kita, ada cacat, atau malah bekas. Sudah, tak perlu tegang, Guys, cerita
sudah usai. Tunggu artikel saya berikutnya. Pantengin blog saya terus, ya.
Terima kasih.

No comments:
Post a Comment