Friday, 30 October 2015

Jalan-jalan Melalui Liku Setan



Hello, Guys. Kalian pernah jalan-jalan? Pastinya pernah dong. Agar kita tidak penat di rumah, di kantor, atau di mana pun, pasti kita butuh yang namanya ‘refreshing’, biar pikiran dan otak kita kembali segar dan top cer. Well, Guys, tapi kali ini aku ingin cerita tentang sebuah liku yang aku sebut dengan ‘Liku Setan’. Mengapa aku sebut demikian, karena jalanan yang kami lalui ketika itu berpenghuni makhluk yang seram.

Cerita ini bermula saat kami bertujuh memutuskan untuk mengunjungi salah satu pantai yang ada di kota Balikpapan. Pilihan kami saat itu adalah Pantai Kemala. Pantai—yang katanya—menyerupai Tanjung Benoa yang ada di Bali ini kami pilih karena banyak dari kami penasaran dengan tampilan laut dan pasir putihnya—ya, mirip Tanjung Benoa gitu deh. Bagi kawan-kawan yang berdomisili atau yang saat ini sedang berada di daerah Balikpapan, Kukar, atau Samarinda, Pantai Kemala bisa menjadi salah satu tujuan tamasya yang mengasyikkan. Apa, serem? Haha. Yang seram bukan pantainya, tapi jalanan yang kami lalui saat itu.

Oke, kita kembali ke topik utama. Saat kami telah memutuskan dan akan berangkat dari kota Samarinda menuju Pantai Kemala, kami menyewa mobil dengan harga ekonomis dan bisa lepas kontak, karena salah satu teman kami bisa mengendarai mobil. Mungkin kendala ekonomisnya itu ya Guys, makanya mobil yang kami terima tidak memuaskan, remnya agak tidak stabil, kaca depan terlihat silau, dan lampu sen depan sebelah kiri mati. Hal ini menjadi kendala besar apalagi kami saat itu memutuskan untuk pulang menjelang senja. Salah satu dari kami minta mencari tempat penginapan saja karena kondisi mobil yang tidak memungkinkan untuk pulang dengan selamat—melihat banyak cacat di badan mobil. Kami setuju dengan pendapat tersebut. Kami mengelilingi kota Balikpapan dan menanyakan semua mes yang ada di sana, apakah ada yang kosong. Ternyata tidak ada satu pun kamar yang kosong. Waw, kebetulan banget kan. Tidak ada pilihan lain, selain kembali melanjutkan perjalanan ke kota Samarinda.

“Awas, ada kucing!” salah satu teman kami berteriak. Untung kucing kecil yang saat itu duduk tepat di depan ban mobil sebelah kiri tidak tertabrak, dan suatu keajaiban, lampu sen kiri yang sebelumnya mati saat itu menyala dengan sangat terang—seiring dengan kucing kecil yang berlari pergi, lebih terang dari lampu sen sebelah kanan. Saat itu kami merasa bahwa Tuhan akan membuat kami sampai di rumah dengan lancar. Namun ternyata semua itu seperti sebuah cobaan yang datang dari sebuah makhluk kasatmata.

Mobil kami terus melaju dengan perlahan. Saat kami melalui Bukit Suharto, salah satu teman cewek kami yang duduk di depan, penyakit asmanya kambuh kemudian pingsan. Tak berapa lama mobil berhenti dan teman kami itu dipindah duduk di tengah, salah satu teman cewek kami yang duduk di belakang menangis terseduh, dan yang duduk di sampingnya berkata bahwa dia merasa bulu kuduknya berdiri. Hal itu terjadi dua kali. Well, sebelum hal itu terjadi, sebelumnya kami melewati jalan yang di sampingnya ada kuburan dan melewati sebuah mobil ambulance tanpa suara. Banyak yang bilang daerah di kuburan itu memang angker, apalagi kami pulang sudah larut malam.

Salah seorang teman kami berteriak melihat sosok wanita berjubah putih dengan wajah yang mengerikan. Selang beberapa detik, teman kami yang terserang asma tadi tiba-tiba menjerit. Ya, dia kesurupan dan meminta kembali ke tempat tadi. Di mana? Kami berpikir di daerah sekeliling kuburan yang kami lalui itu. Banyak kabar beredar pula bahwa orang yang hilang di daerah kuburan sebelum Bukit Suharto tidak akan pernah ditemukan sampai kapan pun. Teman kami yang kesurupan terus berteriak histeris dan meminta kembali ke tempat itu, namun tak kami hiraukan. Kami putuskan meminta bantuan pada penduduk sekitar. Alhamdulillah kami bisa menginap di sana seiring sosok yang masuk ke dalam tubuh teman kami keluar. Namun, sosok itu masih mengintip berkeliling di sekitar rumah. Itu kata teman kami yang tadi menangis. Ya, dia bisa melihat sosok megerikan itu.

Esok akhirnya datang dan syukurlah kami pulang dengan selamat, walau tepat di depan rumah pemilik mobil, mobil langsung mogok dan tak mau di-start-er. Itu adalah perjalanan paling menegangkan yang pernah kami lalui, Guys. Namun, di daerah Bukit Suharto Balikpapan-Samarinda itu sudah terkenal angker. Bagi kawan-kawan yang melewatinya, atau melewati daerah mana pun yang terasa ganjil sebaiknya hati-hati, jangan buang sampah sembarangan, jangan membuat gaduh, dan hindari hal-hal yang membuat para makhluk kasatmata tersebut terganggu.


Well, teman-teman yang berada di wilayah Balikpapan-Samarinda, maupun tidak, aku mau bilang kenapa makhluk tersebut mengganggu kami saat itu. Tak dipungkiri, tempat yang kami lewati terdapat sebuah kerajaan gaib yang sangat besar tempat bersemayam makhluk—yang konon—korban romusha di masa penjajahan. Dan makhluk tersebut hanya jahil, tidak ingin mencelakakan kami, buktinya mobil mogok saat sampai di rumah, bukan di tengah jalan yang dikelilingi hutan, aku bahkan tak mampu membayangkan jika itu terjadi. Satu lagi, jika membeli atau menyewa apa pun, agar lebih teliti sebelum melakukan deal. Harga ekonomis sih boleh-boleh saja, tapi bagaimana jadinya kalau kita malah dapat barang yang tidak sesuai hati kita, ada cacat, atau malah bekas. Sudah, tak perlu tegang, Guys, cerita sudah usai. Tunggu artikel saya berikutnya. Pantengin blog saya terus, ya. Terima kasih.

No comments: